Skema Ini Diyakini Dapat Membantu Petani Cegah Harga Gabah Jatuh

By Admin


nusakini.com - Semarang - Pemerintah melakukan percepatan serta menyiapkan skema penyerapan gabah petani, untuk mencegah harga gabah petani jatuh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) saat panen raya. Demikian dikatakan oleh Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, dalam Rapat Koordinasi Serap Gabah Petani Tahun 2018, di ballroom hotel Crowne Plaza, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (6/2/2017). 

"Malam ini kita berkumpul dari 7 propinsi menghadapi panen raya. Kita bentuk tim khusus Sergap (Serap Gabah Petani -red). Kita lakukan percepatan untuk membantu petani, kita tak boleh membuat petani rugi", ujar Menteri Amran.

Dalam pelaksanaan Program Sergap ini, Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama dengan Kementerian BUMN, Kementerian Desa & PDT, Bank BRI, Bulog, TNI, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) di tujuh propinsi daerah lumbung pangan dan di luar tujuh propinsi juga, serta kabupaten yang harganya akan jatuh dibawah harga HPP. 

Pemerintah telah menyiapkan model pembelian, skemanya, di luar kualitas kita bisa beli, sesuai dengan HPP, fleksibilitas di atas HPP 10 persen kita beli, serta melalui jalur komersil juga. Ketentuan tersebut sudah dikukuhkan melalui penandatangan MoU antara Mentan, KSAD, Dirut Bulog, serrta Mendes PDT, sehingga sudah bisa mulai bergerak besok. 

Sementara untuk target Sergap pada puncak panen raya ini, sebesar 2,2 juta ton beras, bukan gabah. Dalam bentuk gabah, kurang lebih 4,4 juta ton. Hal ini dilakukan dalam lurun waktu Februari hingga Juni, 2 kali lipat dari tahun lalu.

Menyikapi harga gabah yang rendah di tingkat petani, namun tinggi di pasaran, Mentan menyatakan bahwa memang hal itulah yang perlu ditelaah bersama. 

"Kami sudah diskusi dengan Satgas Pangan, serta KPPU. Harga gabah di tingkat petani tadi di Sukabumi, Rp.3800, turun 33 persen. Tapi lingkup beras turun hanya 3-4 persen, harusnya kan linier, turun 30 persen ya minimal 20 persen turun di beras, itu sudah baik, tapi turunnya hanya 3-4 persen, Rp.625/Kg kami terima laporan. Ini harus kita lihat bersama, karena ini untuk kepentingan orang banyak, kepentingan konsumen, kepentingan petani harus kita jaga", kata Mentan.

Menjelang panen raya, ada beberapa Provinsi yang berpotensi mengalami penurunan harga, antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah , Jawa barat, Sulawesi Selatan, Lampung, serta Sumatera Selatan. 

"Hal tersebut, terjadi karena yang pertama, itu daerah lumbung pangan. Produksinya lebih besar. Yang kedua, masuk panen raya. Ketiga, ini musim hujan. Faktor-faktor itulah yang biasanya membuat harga jatuh di bawah HPP. Tapi, pemerintah tidak tinggal diam, langsung bekerja sebelum terjadi. Sekarang, penurunan harga di tingkat petani sudah terjadi, tetapi belum seluruhnya."ungkapnya.

Potensi turunnya harga, dilihat dari pengalaman tahun lalu, biasanya turun di bawah HPP. Dan pemerintah tidak ingin hal itu terulang. 

"Mengenai berapa HPP yang ditetapkan, sebenarnya kita enggak perlu cerita HPP, karena ada fleksibilitas, ada komersil, jadi semua beras petani bisa dibeli. Intinya petani jangan dirugikan," jelas Mentan.

Selanjutnya, untuk mengantisipasi sawah yang terdampak banjir, pemerintah telah menyiapkan asuransi. Dan itu pertama dalam sejarah, yang dulunya tak pernah ada. 

"Lahan petani yang sudah tercover asuransi, kalau tidak salah mungkin tujuh ratusan ribu hektar, dari target 1 juta. Tahun ini 1 juta juga. Kita teruskan, bahkan berkembang untuk sapi. Sapi sudah ada yang terima asuransi. Kemudian kedua, kita sudah siapkan infrastruktur. Ada pompa, kita sudah perbaiki irigasi. Kita menyiapkan ekskavator. Kita siapkan infrastruktur ini tiga tahun dan kita lanjutkan terus." kata Mentan

Jadi menurut Mentan, sekarang petani kita manjakan. Manjakan dengan program. "Itulah pemerintahan Jokowi-JK," kata Mentan saat mengakhiri penjelasan. (p/ma)